KITA







Jumat, 20 Desember 2013

GEOSPASIAL PESISIR PARANGTRITIS

RESUME
KUNJUNGAN LABORATORIUM GEOSPASIAL PESISIR PARANGTRITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1
Dosen Pengampu: Dhiniaty Gularso, M. Pd.




Disusun Oleh:
Nining Purwaningsih (12144600104 / A3-12)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
201
3

KUNJUNGAN LABORATORIUM GEOSPASIAL
PESISIR PARANGTRITIS


A.    Latar Belakang
Berbagai metode pembelajaran seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, presentasi, dan kunjungan pada sebuah objek menjadi alternativ pembelajaran oleh guru atau dosen. Dari berbagai metode pembelajaran tersebut, metode pembelajaran kunjungan pada sebuah objek merupakan metode yang efektif di mana peserta didik atau mahasiswa dapat melihat obyek konkrit sebuah pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1 (IPS 1),  program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas PGRI Yogyakarta.
Oleh karena itu, mata kuliah IPS 1 yang diampu oleh Ibu Dhiniaty Gularso, M. Pd., mewujudkan pembelajaran konkrit dengan mengadakan kunjungan ke Laboratorium Geospasial pesisir Parangtritis untuk mengamati secara langsung kenampakan alam adanya gumuk pasir.

B.     Tujuan
1)        Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang kenampakan alam di Indonesia  dengan melihat gumuk pasir secara langsung
2)        Terciptanya pembelajaran yang lebih efektif

C.    Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal                  :           Sabtu, 14 Desember 2013
Waktu                              :           09.00 WIB s.d selesai
Tempat                             :           Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis

D.    Peserta
Kunjungan ini diikuti oleh semua mahasiswa PGSD FKIP UPY angkatan 2012 yang menempuh mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1, yang di bimbing oleh Ibu Dhiniaty Gularso, M. Pd.

E.     Obyek Pengamatan
Dalam kunjungan ini, peserta mengamati obyek-obyek yang ada di dalam Laboratorium Geospasial dan gumuk pasir yang ada di sekitar Laboratorium Geospasial.

F.     Pembahasan
1)      Laboratorium Geospasial
Laboratorium Geospasial Pesisir dibangun tahun 2002 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), bekerja sama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul di pimpin oleh A. Ari Dartoyo. Tugas utamanya adalah melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran. Diantaranya tentang gumuk pasir yang membentang luas di pesisir pantai desa Parangtritis dan merupakan satu fonomena alam yang unik, peta potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial.   
Laboratorium yang terletak diatas lahan pasir seluas 2 ha di dusun Depok desa Parangtritis ini, terdiiri dari 6 unit bangunan utama. 1 unit bangunan untuk kantor, 1 unit yang berbentuk piramid untuk ruang pertemuan yang juga dapat digunakan untuk kegiatan penyuluhan, seminar dan diskusi, 1 unit bangunan museum tentang segala jenis pasir pantai dan bebatuan serta karang laut, 1 unit bangunan yang menghubungkan bangunan piramid dengan museum yang dikenal dengan lorong pengetahuan, 1 unit kantin dan 1 unit mess.   

Laboratorium Geospasial dibagi menjadi 3 bagian utama yang memiliki filosofi pembentukan gumuk pasir, yaitu
a.    Bentuk kerucut  melambangkan gunung Merapi.
b.    Bentuk lorong melambangkan sungai Opak dan sungai Progo.
c.    Ruang pameran melambangkan gumuk pasir di Parangtritis.

Tiga bangunan utama yang ada di sana, mencoba menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir itu sendiri. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu.

2)      Gumuk Pasir
Indonesia cukup berbangga memiliki gumuk pasir yang ada di kawasan Parangtritis, Kretek, Bantul. Pasalnya, fenomena butiran-butiran pasir yang membentuk bukit-bukit kecil ini hanya satu-satunya di Asia Tenggara. Pesona gumuk pasir memang suda ada sejak puluhan tahun silam, namun belum banyak yang tahu keberadaan gundukan pasir indah ini.
Lokasi gumuk pasir nan indah ini berjarak sekitar 25 kilometer selatan pusat Kota Yogyakarta, atau jika ditempuh dengan perjalanan darat akan membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Letak gumuk pasir tak jauh dari Pantai Parangkusumo, sebuah pantai yang sangat dikeramatkan masyarakat Jawa.
Gumuk pasir terbentuk oleh proses alam dalam waktu  ratusan tahun lalu. Ketika terjadi letusan gunung berapi material terbawa arus sungai hingga hilir. Dalam proses itu terjadi penghalusan material hingga mengendap ke pantai selanjutnya terbawa angin dan terbentuklah gumuk pasir.
Khusus gumuk pasir di Parangtritis banyak faktor pembentukannya, salah satunya adanya perbukitan karst di sisi timur pantai. "Di Pulau Jawa ada puluhan pantai, namun hanya Parangtritis yang bisa terbentuk gumuk," jelas Staf Museum Geospasial Parangtritis, Aulia Annisa.
Gumuk pasir di kawasan Parangtritis awalnya sekitar 70 hektare, sayangnya saat ini tinggal menyisakan sekitar 30 persen. Karena keserakahan manusia, gumuk-gumuk indah itu telah dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk lahan pertanian meyisakan sedikit saja pemendangan indahnya gumuk.
Kekayaan pesisir Parangtritis di tunjukkan dengan fenomena alam, yaitu terbentuknya gumuk pasir di pesisir Parangtritis. Gumuk pasir Parangtritis adalah satu-satunya gumuk pasir yang ada di Asia Tenggara. Gumuk pasir yang berada di pesisir Parangtritis terkenal dengan sebutan sabit atau Barchan karena bentuknya menyerupai bulan sabit. Penyebab adanya gumuk pasir di Parangtritis :
1.    Karena Proses Alam yang unik,  komplek dan langka
2.    Karena Posisi pantai terbuka terhadap laut lepas dengan tiupan angin kencang setiap waktu
3.    Karena ada sumber materi pasir yang berlebihan dari daerah hulunya berupa pasir vulkanik terbawa oleh sistem sungai ke Muara
4.    Karena Pengaruh “site” Geografi wilayah yakni  wilayah pesisir & ada bukit kapur (Karst) dengan lereng curam/terjal
Proses terbentuknya gumuk pasir di pesisir Parangtritis, yaitu
1.    Berawal dari gunung Merapi yang bererupsi atau mengeluarkan material vulkanik. Material tersebut berupa awan panas beserta debu, pasir, lahar panas, lahar dingin atau batu-batuan mengalir ke sungai-sungai yang berhulu di merapi seperti sungai bedog, boyong, opak, gendol, dan lain-lain. Sungai-sungai yang membawa material  vulkanik berkumpul membentuk suatu daerah aliran sungai dan menuju ke muara opak.
2.    Sungai di muara material vulkanik tersebut di hantam ombak laut selatan yang menggerus pasir menjadi butiran debu halus. Deburan ombak dapat mengubah pasir menjadi butiran sangat halus berukuran 0,02 mikro, sehingga mampu diterbangkan oleh angin dengan kecepatan 2 m/s.
3.    Aktivitas ombak dalam pembentukan gumuk pasir tidak berhenti sampai di sini saja. Pasir halus yang sudah terbentuk tadi kemudian diendapkan menuju ke tepi pantai. Sesampainya di tepi pantai, pasir yang basah tersebut mengalami pengeringan secara terus menerus oleh matahari. Pasir yang kering terbawa tiupan angin menuju daratan.
4.    Pasir yang terbawa air mengendap di daratan secara terus menerus. Endapan semakin banyak dan berkembang menjadi gundukan-gundukan pasir. Gundukan ini kemudian disebut gumuk pasir (bukit pasir). Gumuk pasir yang terbentuk memiliki ciri khas sesuai arah hembusan angin. Adanya bukit karst yang terletak disebelah timur parangtritis menyebabkan hembusan angin dari arah tenggara lebih kuat, sehingga pada gumuk pasir menghadap ke arah tenggara.


·           Tipe dan terbentuknya Gumuk Pasir
Angin yang membawa pasir dari pantai akan membentuk bermacam-macam bentuk dan tipe gumuk pasir, yang dipengaruhi oleh faktor arah angin dan material penghalang proses pembentukan berupa vegetasi. Ada beberapa bentuk dan tipe gumuk pasir, yaitu :
a.         Tipe bulan sabit (Barchanoid dunes)
Bentuk gumuk pasir ini menyerupai bulan sabit yang terbentuk pada daerah sedikit berpenghalang, dengan kemiringan asimetri. Bagian lereng yang menghadap angin lebih landai daripada yang membelakangi angin. Ketinggian gumuk pasir biasanya antara 5 – 15 meter. Sebagian besar gumuk pasir di parangtritis bertipe bulan sabit.
b.        Tipe melintang (Transverse dunes)
Bentuk gumuk pasir tipe melintang seperti ombak yang tegak lurus terhadap arah angin. Gumuk pasir ini terbentuk di daerah tidak berpenghalang dan cadangan pasirnya banyak. Apabila cadangan pasirnya berkurang, maka gumuk pasir tipe melintang akan berubah menjadi tipe bulan sabit.
c.         Tipe parabola (parabolic dunes)
Bentuk gumuk pasir parabola hampir sama dengan tipe bulan sabit, yang membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabola arahnya menghadap arah angin.
d.        Tipe memanjang (Longitudinal dunes)
Gumuk pasir tipe memanjang berbentuk lurus dan sejajar satu sama lain yang searah dengan gerakan angin. Perubahan arah angin membentuk celah yang terus menerus mengalami erosi sehingga menjadi lebih lebar dan memanjang.





           

G.    Penutup
              Pantai Parangtritis merupakan ekosistem pantai yang bergumuk pasir hanya terdapat satu-satunya di Asia tenggara seharusnya mendapat perhatian dari semua pihak, karena menjadi asset Negara Indonesia. Selain itu, gumuk pasir bermanfaat dalam menjaga keseimbangan ekosistem pantai dan sebagai penahan abrasi air laut secara alami. Oleh karena itu, perlu kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan para pemrakarsa kegiatan dalam perlindungan terhadap ekosistem pantai.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar