KITA







Kamis, 27 Maret 2014

Bibir Tersenyum dan Hati Menangis

Selamat pagi para pengguna blog... Apa kegiatan anda pagi ini? Semoga pagi anda selalu penuh semangat! Bagi anda yang saat ini masih duduk termangu atau bahkan masih enggan beranjak dari tempat tidur, its no problem. Tapi jangan keterusan yaaa... Para sahabat blogger dimanapun anda berada, pernahkah anda mengalami suatu masalah dan di situ anda berusaha terlihat tersenyum namun hati anda menangis?

Bibir tersenyum, hati pun menangis-- adalah gambaran yang begitu jelas dan gamblang tentang bagaimana "diri kita dipaksa untuk menipu diri kita sendiri". Kita dipaksa untuk bersikap ramah, sedangkan hati demikian sulit untuk beramah-tamah; kita dipaksa untuk tersenyum bahagia, sedangkan hati menangis pilu karena duka dan derita ; kita dipaksa untuk bersikap baik kepada orang yang menurut kita tidak perlu dibaik-baiki.
Banyak hal atau sesuatu yang membuat kita dipaksa dan semua bermuara pada satu hal yaitu tekanan dan tuntutan hidup. Keinginan untuk mengubah hidup yang lebih baik sering kali menjebak kita untuk terus -menerus berada pada kerangkeng delima. Asy-Syahid Murtadha Muthahari pernah menyatakan salah sebuah adikaryanya, bahwa keinginan untuk menang, dihormati, dan berkuasa pada diri manusia adalah sejenis keganasan yang bersifat ruhani. Maka kita perlu mempertegas suasana hati kita, batin kita, dan jiwa kita. Mulailah membuka diri, mengurai akar masalah,  menguasai hidup,  menjadi diri sendiri, , memiliki harapan dan bukan khayalan,  dan menghadapi kenyataan.
Bagaimana dengan anda saat ini? Jika saat ini hal tersebut mengena pada diri kita, segeralah beranjak. Jangan hanya menunggu keajaiban dari Tuhan. Tuhan tidak akan mengubah nasib hambanya jika bukan hamba tersebut mengubah nasib mereka sendiri.
Bagaimana anda sekarang? Masihkah bersikukuh untuk mencoba tersenyum walupun hati menangis tanpa berusaha mencari solusi?

Jawaban segala hasil adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita mampu menghargai diri kita sendiri, bagaimana kita mampu memposisikan diri kita, dan bagaimana kita menjadikan diri kita makhluk yang berguna.
Semoga sedikit renungan di pagi yang cerah di Jogja ini, meskipun  Gunung Merapi tengah erupsi, bermanfaat untuk kita semua. Amiin. Jazaakumullohu khoiro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar