MAKALAH
BUDAYA MENCONTEK DIKALANGAN ANAK SD
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen: Supri
Hartono, M. Pd.
Kelompok 8 :
1. Enisiati (12144600097)
2. Miya
Agustina (12144600100)
3. Nining
Purwaningsih (12144600104)
4. Gilang
Pramudya (12144600109)
5. Mukti
Wibowo (12144600114)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Makalah Pendidikan Kewarganegaraan yang berjudul “BUDAYA MENCONTEK
DIKALANGAN ANAK SD”.
Penulisan makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari Bapak Supri Hartono, M. Pd. Dalam menyelesaikan
makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah sebagai pijakan di kemudian hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai bacaan untuk menambah informasi dan
pengetahuan tentang materi Pendidikan
Kewarganegaraan
Yogyakarta, Desember 2012
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Moral Anak SD di Jaman Sekarang
B. Faktor-faktor Penyebab Anak Mencontek
C. Cara Mengatasi Budaya Mencontek
D. Dampak Budaya Mencontek
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap siswa pasti ingin mendapat nilai
yang baik dalam ujian, karena itu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Minoritas dari siswa yang benar-benar belajar untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan dengan kerja kerasnya sendiri. Mayoritas dari sisiwa ialah
melakukan kecurangan agar mendapat hasil yang maksimal tanpa harus belajar. Hal
ini bisa dilakukan dengan bermacam cara diantaranya: membuat catatan kecil
untuk contekan, bertanya pada teman, membuka buku ketika kegiatan ujian
berlangsung, bahkan searching di
internet untuk mendapatkan jawaban. Hal ini sering kali terjadi di dalam dunia
pendidikan khususnya di kalangan anak-anak, yang sering disebut dengan istilah
mencotek. Mencontek adalah perbuatan
untuk mencapai suatu keberhasilan dengan cara yang tidak sah atau tidak jujur. Bukan
hanya dikalangan remaja tapi mencontek juga sudah banyak dilakukan oleh anak-anak
SD. Jika dari mulai awal proses pendidikan saja anak-anak sudah berani
mencontek bagaimana masa depannya nanti. Miris sekali pemandangan dunia
pendidikan sekarang ini jika generasi mudanya sudah berani mencontek sejak awal
proses pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam
makalah ini penulis mengambil judul “BUDAYA MENCONTEK DIKALANGAN ANAK SD”.
1
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
moral anak SD jaman sekarang?
2. Apakah
faktor-faktor penyebab anak mencontek?
3. Bagaimana
cara mengatasi budaya mencontek?
4. Apakah
dampak budaya mencontek?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan
kondisi moral anak jaman sekarang.
2. Menjelaskan
faktor-faktor penyebab anak mencontek.
3. Menjelaskan
cara mengatasi budaya mencontek.
4. Menjelaskan
dampak dari budaya mencontek
2
BAB II
BUDAYA MENCONTEK DIKALANGAN ANAK SD
A. Moral
anak SD jaman sekarang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
membawa pengaruh besar dalam dunia pengetahuan. Tidak hanya berdampak postif
yaitu mudahnya media pembelajaran dengan bantuan kemajuan IPTEK tersebut, namun
hal itu juga membawa dampak negatif dalam dunia pengetahuan. Misalnya, anak SD
ketika sedang ujian mengandalkan jawaban dari media searching di internet. Kemajuan IPTEK yang tidak dibarengi dengan
penanaman pendidikan moral akan berpengaruh pada penurunan moral pula. Perilaku
anak SD yang kini marak denga dunia mecotek bukanlah hal tabu lagi.
Ketika seorang anak ditanya: “kamu lebih
suka mendapat nilai 100 dari hasil mencontek atau nilai 10 dari hasil kerjamu
sendiri?”, anak-anak dengan bangganya mengatakan “kami lebih senang mendapat
nilai 100 dari hasil mencontek daripada nilai 10 dari hasil kerja sendiri”. Keadaan
yang sangat mengenaskan inilah yang fenomenal di dunia pendidikan. Tidak hanya
di dunia pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Hal itu juga terjadi di
duina pendidikan Sekolah Dasar.
B. Faktor-Faktor
Penyebab Anak Mencontek
Faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak
berani mencontek ialah:
a)
Individu.
Kurangnya rasa
percaya diri dalam individu anak-anak sangat mendominasi perbuatan mencontek.
Kurangnya kesadaran bahwa hasil nilai dari usahanya sendiri akan lebih
memuaskan daripada mencontek adalah salah satu bentuk kurangnya rasa percaya
diri dalam anak. Anak merasa malu kalau mendapat nilai jelek, sehingga anak
berani mencontek. Dan kurangnya pendidikan moral juga menjadikan anak-anak meniru
temannya yang suka mencontek karena dalam kenyataannya hasil mencontek itu
mendapat nilai yang tinggi.
b)
Keluarga /
lingkungan
Orang tua memberikan hukuman yang berat apabila
anaknya mendapat nilai buruk/tidak berprestasi dan ketidaktahuan orang tua dalam
mengerti pribadi dan keunikan masing-masing dari anaknya, sehingga yang terjadi
pemakssan kehendak. Hal ini membuat anak merasa tertekan. Sehingga menggunakan
berbagai cara agar tidak dihukum orang tuanya yaitu
dengan mencontek. Yang dipikirkannya ialah mendapat nilai nagus dan terhindar
dari hukuman orang tu dan tidak mengidahkan dampak dari mencontek.
c)
Guru
Seorang guru merupakan figur yang 70% menentukan
berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar. Misalnya seorang anak yang
ketika kelas 1 SD sangat suka pekajaran matematika karena gurunya sangat
menguasai materi dan menciptakan kegiatan belajar yang menyenankan, inovatif,
dan kreatif. Namun ketika anak itu menduduki bangku kelas 2 SD nilai matematika
merosot. Ketika ditanya anak tentang nilainya yang menurun dia mengatakan bahwa
gurunya tidak menyenangkan. Guru yang tidak mempersiapkan proses pembelajaran
secara matan, tidak membuat variasi dalam pembelajaran sehingga membuat anak
bosan dan malas belajar.
d)
Sistem
pendidikan
Adanya tuntutan dan pembatasan nilai dari
pemerintah, sehingga untuk memaksimalkan nilai ujian siswa-siswa memilih untuk
mencontek
C. Cara
Mengatasi Budaya Mencontek
Untuk mengatasi budaya mencontek yang
kian marak di dunia pendidikan Sekolah Dasar, dapat dilakukan dengan:
a)
Faktor
Individu
Pada diri pribadi
siswa perlu di berikan dorongan, motivasi, dan semangat yang dapat
membangkitkan rasa percaya diri, mengarahkan self concept mereka ke arah yang
lebih proporsional dan untuk berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.
b)
Faktor
Keluarga
Orang tua
memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan anaknya, memahami pribadi dan
keunikan masing-masing anaknya sehingga memberikan motivasi untuk kemajuan
pendidikan anaknya. Tidak hanya menuntut anak mendapat nilai bagus namun juga
memberikan solusi pada problema ananya di dunia pendidikan.
c)
Guru
Dalam kegiatan belajar mengajar guru mempersiapkan
segalanya dengan matang, menyenangkan dalam belajar sehingga anak bersemangat
untuk belajar. Dapat pula guru memberi motivasi kepada siswanya, salah satunya
ialah memberikan hadian bagi siswa-siswa yang menjunjung tinggi nilai
kejujuran.
d)
Sistem
pendidikan
Pemerintah melalui sistem pendidikan membuat
instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tetap dan tepat),
memberikan soal-soal sesuai dengan perkembangan kematangan siswa.
e)
Menanamkan
pendidikan moral
Pendidikan moral ialah kunci utama dalam mengatasi
budaya mencontek pada anak SD yaitu dengan melatih anak untuk berlaku jujur,
percaya diri, dan tidak bergantung pada orang lain.
D. Dampak Budaya Mencontek
Dampak dari budaya
mencontek ialah anak tidak memiliki kepercayaan atas dirinya sendiri dan
berakibat anak tersebut tidak mandiri. Kelak setelah dewasa dan bekerja, dia
akan sulit untuk bekerja sendiri karena selalu mengandalkan orang lain. Ketika
seseorang bergantung pada orang lain, ia akan kebingungan saat tak ada seorang
pun yang bisa menolongnya. Dan berujung pada mudah putus asa dan menyerah. Belajar
dari kecurangan dalam belajar itu akan menumbuhkan rasa malas dan antipati pada
bekerja keras.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Budaya
mencontek kini telah memasuki dunia anak SD dan merupakan kebobrokan moral pada
pondasi dasar pendidikan. Budaya itu tidak hanya karena pengaruh dari
individual anak, melainkan dari keluarga/lingkungan, guru, dan sistem
pendidikan.
2. Dalam jangka panjang, tanpa adanya pendidikan
moral akan mengembangkan budaya mencontek yang berdampak tidak hanya di dunia
sekolah tetapi juga di dunia kerja yakni tidak adanya kemandirian, kepercayaan
diri, mudah putus asa, selalu bergantung pada orang lain dan belajar dari
kecurangan dalam belajar itu akan menumbuhkan rasa malas dan antipati pada
bekerja keras.
B.
Saran
1.
Perlunya
pendidikan moral sejak dini tentang dampak-dampak dari budaya mencontek. Peran
orang tua dan guru sangat dibutuhkan dalam penanaman moral kepada anak-anak.
2.
Pemerintah
melalui sistem pendidikan diharapkan membuat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tetap dan tepat), memberikan soal-soal sesuai dengan
perkembangan kematangan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Risma, Budaya Mencontek Pada Anak SD,
(Online), (http://rismafitriapgsdipab.blogspot.com/2012/10/, diakses tanggal 16 Desember 2012)
Noey, Budaya Mencontek, (Online),
(http://neng-noey.blogspot.com/2012/05/, diakses tanggal 16 Desember 2012)
Dani Sarizkika, Budaya Mencontek di
Kalangan Pelajar, (Online), (http://danisarizkika.wordpress.com/2010/11/05/, diakses tangal
16 Desember 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar